Monday, April 30, 2007

New Roommate

Dua minggu terakhir ini ada seorang lelaki gempal bolak-balik membawa beragam barang masuk ke kamarku. Ya, aku akan mendapatkan seorang teman sekamar baru. Ia orang Taiwan yang nama cinanya aku tak hapal, namun kuingat ia minta dipanggil Mark. Ia mahasiswa tahun pertama program master di Department of Economics, College of Social Sciences, dengan penguasaan bahasa Inggris yang lumayan. Berbeda dengan kebiasaan di Indonesia yang menempatkan Departemen Ilmu Ekonomi di Fakultas Ekonomi, di NCKU dan kebanyakan universitas lain di Taiwan, departemen ini menjadi bagian dari Fakultas Ilmu-Ilmu Sosial.

Secara resmi, sebenarnya aku tak tinggal sendirian. Ada Pak Bayu yang juga tercatat sebagai penghuni kamar 221, meski selama ini ia lebih memilih tinggal di apartemen di luar kampus bersama istrinya. Hal ini yang juga mengherankanku, mengapa manajer dorm "memilih" mengirim Mark ke kamarku, padahal empat kamar di sekelilingku juga hanya berpenghuni seorang. Bahkan, kamar di sebelahku kosong tak berpenghuni. Kesannya, sang manajer tak rela membiarkanku leluasa menikmati kamar sendirian.

Tapi, aku merasa tak memiliki hak untuk menolaknya. Apalagi, tampaknya anaknya baik dan ramah. Begitu datang ia sudah menyuapku dengan sekaleng chocolate stick (mirip astor, namun katanya yang ini buatan tangan). Lagipula, siapa tahu ia jalan yang dipilihkan bagiku untuk mempercepat penguasaan bahasa Mandarin, agar tak cuma bisa berujar "Ni hao" dan "Xie xie".........

Monday, April 09, 2007

Misteri Kamar 1008

Hari ini aku, bersama Pak Badri, menghadap Prof. C.H.Huang, Director of Student Affairs Division, untuk menyampaikan surat pengunduran diri Bu Netti. Ya, Netti Tinaprilla, teman seperjuangan dari Bogor memutuskan untuk tidak melanjutkan kuliahnya di NCKU. Keputusan ini sebenarnya tidaklah mengejutkan bagiku, karena sebelum balik ke Indonesia ia sempat berbincang beberapa kali denganku tentang kemungkinan itu.


Bagi mahasiswa Indonesia, pengunduran diri Bu Netti ini merupakan sebuah kehilangan besar. Ialah orang yang selalu menjadi komandan dapur dalam berbagai kegiatan. Tidak jarang pula ia datang ke Kamar 209 untuk memasak apa saja, sehingga dapat sedikit mengobati kerinduan kami akan masakan tanah air. Banyak pula kawan yang memuji daya tahan dan daya juangnya yang luar biasa dalam menghadapi beban berat tugas-tugas perkuliahan semester lampau. Namun, itu semua kini tinggal kenangan. Dua buah kardus besar berisi buku dan pakaian yang tertinggal telah nongkrong di Kamar 209, siap untuk dikirim balik ke tanah air.



Namun, sesungguhnya Bu Netti tidak sendirian. Pada saat yang hampir bersamaan, Weimi Chow, teman sekamar Bu Netti di Kamar 1008 yang berasal dari Belgia, juga memutuskan meninggalkan NCKU dan memilih untuk melanjutkan studinya di Mainland China. Kepergian Weimi juga menyisakan kesedihan bagai kami, karena sebelumnya ia adalah guru bahasa Mandarin kami di Departemen. Keputusan mereka berdua untuk meninggalkan Taiwan memunculkan pertanyaan di antara kami. Ada apa dengan Kamar 1008? Mengapa mereka yang pernah tinggal di sana selalu pergi dan tidak pernah kembali?