Wednesday, April 30, 2008

Kala Mahasiswa Buka Usaha di Negeri Cina

Kalau mahasiswa berbisnis sembari kuliah, itu (sebenarnya) cerita biasa. Kalau ada mahasiswa asing berbisnis di negeri orang, itu (sedikit) luar biasa. Itulah yang sekarang sedang dirintis oleh dua orang mahasiswa IMBA NCKU asal Indonesia, Samsul dan Iman.

Dengan menyewa sebuah ruangan gedung yang berada di daerah yang menjadi tempat mangkal para pekerja Indonesia, mereka berdua membuka usaha yang berkaitan dengan komputer dan teknologi informasi. Dengan label "Prima Computer", mereka menawarkan beragam jasa, seperti pelatihan Microsoft Office, pengenalan internet, maupun program-program aplikasi lainnya.


Target konsumennya, tentu saja adalah para pekerja Indonesia. Mereka yang semula sering hanya kongkow-kongkow, minum-minum, merokok, dan terkadang tawuran dengan pekerja lainnya, sekarang punya aktivitas lain. Setiap hari, terutama Sabtu dan Minggu, adalah pemandangan lazim melihat para pekerja pabrik dan pekerja rumah tangga belajar mengetik dengan Microsoft Word atau belajar chatting dengan Yahoo Messenger. Sarana chatting ini diperlukan terutama oleh mereka yang meninggalkan keluarganya di tanah air.

Meskipun tak dimungkiri potensi bisnis yang ada, namun jelas terlihat betapa usaha ini menawarkan makna yang lebih kepada para pekerja migran, yang diharapkan dapat menambah bekal mereka kala kelak harus kembali ke tanah air. Selain itu, kedua businessmen ini sekarang juga menjadi jarang bisa dijumpai di dorm karena lebih sering mangkal di tempat usaha. Alasannya sederhana: dingin, ada AC-nya...

Wednesday, April 23, 2008

Can I Have More Than One Wife?

Rabu, dua minggu lalu, adalah giliranku presentasi di depan kelas Managerial Economics. Sebagai mahasiswa program doktor, aku diharapkan menyajikan rencana penelitian untuk tugas akhir mata kuliah tersebut. Namun, aku berencana untuk memanfaatkan kesempatan itu untuk juga meluruskan informasi yang salah tentang Islam di kalangan mahasiswa Taiwan dan mahasiswa internasional lainnya. Kenekatan ini juga didorong seringnya Pak Prof menyampaikan nilai-nilai tentang Budhisme di kelas. Hitung-hitung, gantianlah...

Sekitar seminggu sebelum saat presentasi tiba, sesungguhnya aku telah selesai menyiapkan bahan presentasi. Selain rencana riset, aku pun telah menyiapkan bahan presentasi tentang "Islam and Polygamy". Sejak datang di Taiwan sekitar satu setengah tahun lampau, salah satu topik yang paling sering disalahpahami tentang Islam adalah poligami. Seolah poligami adalah sebuah keharusan, dan bahwa setiap lelaki muslim bisa begitu saja menikahi wanita sebanyak yang mereka inginkan.

Namun, dua hari sebelum hari presentasi tiba, aku mengubah rencana. Alih-alih membahas mengenai poligami, kuputuskan untuk meluruskan kekeliruan film "Fitna", yang saat itu sedang menjadi berita di seluruh dunia. Tentu saja, tidaklah mudah dalam waktu singkat untuk mengumpulkan bahan-bahan guna melawan stigma teroris yang selalu dilekatkan pada muslim. Untunglah, seorang sahabat yang baik hati dengan ringan tangan membantu mengumpulkan bahan-bahan yang sungguh amat sesuai, sehingga memudahkanku dalam menyusun bahan presentasi.

It's show time! Dengan berbaju koko berwarna hijau, aku berdiri mantap di depan kelas. Kujelaskan, betapa film "Fitna" jelas-jelas adalah sebuah fitnah. Kuuraikan bagaimana golongan Islamophobia selalu menuduh kaum muslimin di belakang setiap tindakan buruk yang terjadi di seluruh dunia. Kucontohkan bagaimana ketika Alfred P. Murrah Federal Building di Oklahoma City hancur luluh lantak oleh bom pada 19 April 1995, tudingan segera diarahkan kepada "Konspirasi Timur Tengah" atau istilah lainnya yang berkaitan dengan Islam. Kemudian terbukti bahwa pelakunya adalah seorang tentara AS yang bernama Timothy McVeigh serta beberapa kawannya, yang seluruhnya beragama Kristen.

Pada bagian lain kujelaskan, bagaimana umat Islam sering diperlakukan tidak adil. Ketika sekelompok orang bersenjata menyerbu masjid atas nama keyakinan Yahudi, ketika gerilyawan Katolik IRA mengebom wilayah penduduk di kota, atau kala milisi bersenjata Ortodoks Serbia memperkosa dan membunuh kaum muslimin yang tak berdaya, tindakan-tindakan tersebut tidak pernah menjadi label seluruh kaum atau agama para pengikutnya. Namun, berapa sering kita mendengar istilah "Fundamentalis Islam" atau "Ekstremis Muslim" dikaitkan dengan tindak-tindak kekerasan?

Pada bagian akhir, kujelaskan bahwa "Islam" berasal dari bahasa Arab "salaam" yang bermakna damai. Islam adalah agama yang mengajarkan para pemeluknya untuk mengembangkan dan memelihara perdamaian di seluruh dunia. Namun demikian, pertanyaan yang diajukan kepadaku tetaplah sama, "Can you have more than one wife?"

Wednesday, April 09, 2008

Aku Ingin Mencintaimu...

Selain menelepon, aku juga memiliki jadwal berkala menulis kartu pos untuk anak-anakku. Meski tukang bacanya hanya satu, yakni si sulung Hanan, tetapi aku selalu menulis untuk ketiga anakku bergantian satu persatu. Beberapa hari yang lalu, kembali aku mengirimkan sebuah kartu pos dengan harapan akan sampai di Indonesia hari ini. Berlainan dengan biasanya, kali ini di kolom penerima bukan salah satu dari ketiga anakku, tetapi kutuliskan : Ibunya Hanan, Maysa, dan Ayham.

Ya... hari ini adalah hari yang istimewa baginya, bagiku, bagi kami, karena sekian tahun lampau kami berdua berjanji untuk menjalin tali kasih suci, menggapai rida Illahi. Sebagai ungkapan rasa hati, kutuliskan di kolom berita kartu pos itu, selarik puisi :

Aku ingin mencintaimu dengan sederhana,
dengan kata yang tak pernah terucap,
kayu kepada api yang menjadikannya abu,

Aku ingin mencintaimu dengan sederhana,
dengan kata yang tak sempat terucap,
awan kepada air yang menjadikannya tiada...

(Happy wedding anniversary my sweetheart. Maafkan aku bila hingga kini belum dapat menjadi lelaki yang baik bagimu dan anak-anak...)

Tuesday, April 08, 2008

Teknologi Menyingkap Tabir

Saat itu, waktu menjelang tengah malam. "Belum tidur, Boss?" begitu bunyi pesan yang kukirim melalui yahoo messenger kepada seorang kawan, yang kutahu tidak terbiasa begadang sampai malam. Lama tak ada balasan, sampai kemudian muncul jawaban, "Perasaan..... saya sedang invisible? Kok Pak Ali bisa tahu saya masih di depan komputer?". Ha..ha..ha.. rupanya, ia tak segera menjawab, karena merasa perlu memastikan bahwa tak ada yang salah dengan YM-nya.

Memang, tak ada yang salah dengan YM-nya. Namun, dengan sebuah website yang berslogankan "Who is invisible in Yahoo! Messenger", kita dapat mengetahui siapa-siapa saja teman kita yang sedang invisible atau appear offline. Jadi, meskipun ia tidak tampak online, kita bisa tahu bahwa dia sesungguhnya sedang online.


Memang, "penemuan" ini menjadikan kebebasan kita untuk "bersembunyi" menjadi berkurang, karena orang akan dengan mudah mengetahui chat status kita yang sesungguhnya. Aku pun sering iseng melihat-lihat siapa saja yang sedang bersembunyi dari keramaian. Tak masalahlah bagiku bila seseorang itu bersembunyi, karena itu berarti dia memilih "invisible to everyone", bersembunyi dari semua orang.

Namun, suatu ketika, aku sungguh terperanjat kala kumasukkan yahoo ID seorang kawan yang tampak offline di daftar YM-ku, namun muncullah status yang sebenarnya : online (bukan invisible). Untuk meyakinkan bahwa tak ada masalah dengan YM-ku dan website penguak status, kulakukan beberapa pengujian, dan hasilnya tak ada yang salah. Kukonfirmasikan pula status orang tersebut pada YM kawan yang lain, dan hasilnya pun positif : (ia sedang) online. Artinya, ia menyetel YM-nya agar appear offline hanya padaku. Aku sungguh bersedih hati menyadari kenyataan, bahwa ada yang (selama ini) menganggap chatting denganku adalah sebuah beban. Saatnya bagiku untuk introspeksi, mengoreksi diri, menata kembali...

Tuesday, April 01, 2008

My Wife is a Chinese

Siang itu, Hanan, anak sulungku, pulang dari sekolah dengan bersungut-sungut. Hasil ulangan yang dibagikan hari itu tak sesempurna seperti biasanya. Ada satu soal yang disalahkan oleh gurunya, yakni pada pertanyaan yang berbunyi : "Dari manakah asal ibumu?" Dengan pengetahuan yang dia miliki, dengan mantap ia menuliskan jawabannya : Cina. Dan, gurunya pun menghadiahkan silang, tanda bahwa jawabannya disalahkan.

Tentu saja, kemudian ia mengadu kepada ibunya, dan juga kepadaku pada saat jadwal rutin menelepon ke rumah. Aku juga tak faham, bagaimana gurunya bisa menyalahkan jawaban anakku. Padahal, dengan model pertanyaan terbuka semacam itu, jawaban apa pun bisa benar. Apalagi, aku masih ingat, kala mengisi bio data orang tua, kutuliskan di kolom suku bangsa dengan Jawa untukku, sedangkan istriku kutuliskan : Tionghoa.

Memang, tak banyak yang segera percaya setiap kali kubilang bahwa istriku keturunan Tionghoa. Meskipun berkulit amat putih, tetapi ia memiliki mata yang lebar. Kuingat bagaimana seorang mahasiswa Teknik Kimia NCKU asal Surabaya, bahkan beberapa kali mengulangi pertanyaan yang sama untuk meyakinkan dirinya, "Benar... istri Bapak... Chinese???" (barangkali ia tak percaya, ada seorang keturunan Tionghoa memilih menikah dengan lelaki berkulit gelap sepertiku, he..he..he..). Sesungguhnyalah, aku pun baru tahu bahwa istriku berketurunan Tionghoa bahkan lama setelah menikah. "Wah, taarufnya kurang tuh...," ledek seorang mahasiswi lain asal Bukittinggi. Sayang, ia meledek lewat instant messenger, sehingga tak dapat kulihat wajahnya yang pasti kebingungan menanggapi kala balik kujawab, "Memangnya, itu hal yang penting?", karena aku percaya ia hafal benar makna firman Allah dalam Qur'an 49:13 yang berbunyi:



Menikah dengan pasangan yang berbeda budaya sesungguhnyalah sungguh amat berwarna, meski tak urung kerepotan-kerepotan kecil acap muncul. Anak-anakku, misalnya, sering dengan bingung bolak-balik bergantian memandangi wajah Bapak dan Ibunya yang mengajari melafalkan kata-kata dengan cara yang amat berbeda. Kata-kata "batik, kotak, bebek" serta kata-kata lainnya yang berakhiran dengan huruf "k" selalu kulafalkan seperti "hamzah" dengan bunyi "k" lemah, sementara istriku selalu melafalkannya seperti "kaf" dengan bunyi "k" kuat. Belum lagi deretan istilah yang berlainan.

Hal-hal lucu juga sering muncul tak terduga. Menyadari kenyataan kulitku agak berbeda (jauh) dengan anak-anakku, istriku sering menggoda kemungkinan orang tak akan percaya bahwa anak yang kugendong adalah anakku. Dan itu sungguh terjadi. Pada suatu sore, aku sedang menggendong anak bungsuku, ketika seorang tukang pencatat meteran listrik masuk halaman rumah. Seusai menjalankan tugasnya, sebelum pamit ia sempat bertanya dengan muka serius dan sama sekali tidak tampak sedang bercanda, "Ini anak siapa, Pak?"