Kembali dari menikmati libur musim panas di Indonesia, aku mendapati sepedaku sudah tidak karuan kondisinya. Mungkin karena selama lebih dari dua bulan menahan derita diterpa panas matahari, diguyur hujan, dan diterjang angin topan. Ya, sudahlah... dengan gontai kubawa sepedaku ke reparasi sepeda di lingkungan dorm. Ini itu harus diganti, kata pemilik bengkel, dan NT $ 340 pun melayang. (Kucatat, si pemilik bengkel itu memang sukanya menyarankan untuk mengganti dengan yang baru setiap ada komponen sepeda yang rusak. "Change" atau "mei guan xi", itu dua kata yang sering ditawarkan sebagai option kepadaku, setiap kali aku melaporkan bagian sepedaku yang terasa tak beres).
Beberapa minggu kemudian, giliran ban sepeda kempes. Tukang tambal ban satu-satunya itu pun menerima rezeki NT $ 40 untuk menambal ban dengan cara yang jauh lebih ringkas dengan kebiasaan di tanah air. Pagi ini, sepeda kesayangan itu kembali harus kubawa ke bengkel yang sama. Ternyata, tempat pentilnya rusak, sehingga ban dalam seluruhnya harus diganti. NT $ 150 pun berpindah tangan. Kalau ditotal, nilai buku sepeda itu (sebelum depresiasi) sudah mencapai NT $ 2,428 (lihat juga http://alimu.blogspot.com/2007/05/sepeda.html ). Wah, niat ingsunnya membeli sepeda murah, ternyata jadinya mahal sekali. Hen gui! Hen gui!
No comments:
Post a Comment