gerimis air mata tertahan di hari keesokan,
telinga kami lekapkan ke tanah kuburan, dan simaklah itu sedu sedan,
Mereka anak muda pengembara tiada sendiri,
mengukir reformasi karena jemu deformasi,
dengarkan saban hari langkah sahabat-sahabatmu beribu menderu-deru,
Kartu mahasiswa telah disimpan dan tas kuliah turun dari bahu,
Mestinya kalian jadi insinyur dan ekonom abad 21,
Tapi malaikat telah mencatat prestasi kalian tertinggi di Trisakti, bahkan seluruh negeri,
karena kalian berani mengukir alfabet pertama
dari kata Reformasi Damai dengan darah arteri sendiri,
Merah putih yang setengah tiang ini, menunduk di bawah garang matahari,
tak mampu mengibarkan diri karena angin lama bersembunyi.
Tapi peluru logam telah kami patahkan dalam doa bersama
dan kalian pahlawan bersih dari dendam,
karena jalan masih jauh dan kita memerlukan peta dari Tuhan
(Taufiq Ismail, 13 Mei 1998)
No comments:
Post a Comment