Dua tahun setelah peristiwa itu, Chiang Kai-Shek harus melarikan diri ke Taiwan (kemudian memerintah Taiwan dengan tangan besi hingga meninggal 1975), karena kalah dalam perang saudara melawan Partai Komunis Cina yang dipimpin Mao Zedong. Mao kemudian mendirikan People's Republic of China (PRC), sedangkan Chiang tetap menggunakan nama Republic of China (ROC) di wilayah Taiwan.
Sementara Mao Zedong mengklaim Taiwan sebagai salah satu provinsinya, Chiang mengklaim wilayah Republic of China juga mencakup Mainland China. Mimpi suatu saat kelak terjadi unifikasi dengan Mainland China tetap menjadi kebijakan resmi KMT hingga saat ini. Itulah sebabnya, mereka menentang keras setiap kebijakan yang mengarah kepada penguatan identitas Taiwan sebagai sebuah negara, yang terpisah dari Mainland China.
Sebaliknya, Democratic Progressive Party (DPP), partai yang berkuasa saat ini, adalah pihak yang berusaha keras untuk menjadikan Taiwan sebagai sebuah negara yang "normal", terbebas dari mimpi unifikasi dengan Mainland China. Belum lama ini, misalnya, mereka mengubah nama berbagai BUMN dari semula membawa nama "China" menjadi "Taiwan". Mereka juga berkali-kali melamar menjadi anggota PBB, WHO, dan organisasi Internasional lainnya, namun selalu gagal karena ditentang keras oleh PRC. Apakah kelak Taiwan akan mampu menjadi sebuah negara "normal", ataukah PRC akan merealisasikan ancamannya untuk menyerbu Taiwan bila Taiwan berani menyatakan merdeka? Hanya waktu yang akan mampu menjawabnya.......