Bagi mahasiswa Indonesia, pengunduran diri Bu Netti ini merupakan sebuah kehilangan besar. Ialah orang yang selalu menjadi komandan dapur dalam berbagai kegiatan. Tidak jarang pula ia datang ke Kamar 209 untuk memasak apa saja, sehingga dapat sedikit mengobati kerinduan kami akan masakan tanah air. Banyak pula kawan yang memuji daya tahan dan daya juangnya yang luar biasa dalam menghadapi beban berat tugas-tugas perkuliahan semester lampau. Namun, itu semua kini tinggal kenangan. Dua buah kardus besar berisi buku dan pakaian yang tertinggal telah nongkrong di Kamar 209, siap untuk dikirim balik ke tanah air.
Namun, sesungguhnya Bu Netti tidak sendirian. Pada saat yang hampir bersamaan, Weimi Chow, teman sekamar Bu Netti di Kamar 1008 yang berasal dari Belgia, juga memutuskan meninggalkan NCKU dan memilih untuk melanjutkan studinya di Mainland China. Kepergian Weimi juga menyisakan kesedihan bagai kami, karena sebelumnya ia adalah guru bahasa Mandarin kami di Departemen. Keputusan mereka berdua untuk meninggalkan Taiwan memunculkan pertanyaan di antara kami. Ada apa dengan Kamar 1008? Mengapa mereka yang pernah tinggal di sana selalu pergi dan tidak pernah kembali?