Seperti Sabtu itu, kupandangi satu persatu teman-teman sekelasku. Dari sekitar 30-an orang mahasiswa di dalam kelas, tampaknya hanya aku yang berkulit (agak) gelap dan bermata (agak) lebar, he..he..he.. Tapi, tunggu dulu...ada fakta menarik yang lain. Dua pertiga yang hadir adalah perempuan, dan hanya satu yang menggunakan anting!!! Ah, tetapi...yang satu itu...temanku, orang Indonesia. Jadi, dengan demikian, seluruh mahasiswi Taiwan yang ada di ruangan kompak tak memakai anting. Mengapa ya?
Kala jeda kuliah, kutanyakan hal tersebut kepada seorang mahasiswi yang duduk di sebelahku. Dengan bahasa Inggris yang sesekali diselingi bahasa Mandarin --tentu saja temanku yang pakai anting itu yang kemudian menerjemahkannya-- ia menjelaskan alasan perempuan di Taiwan sebagian besar --bila tak bisa disebut seluruhnya-- tak menggunakan anting.
Katanya, di Taiwan ada kepercayaan bahwa bilamana perempuan tak menggunakan anting, maka di kehidupan kedua setelah mati kelak, ia akan bereinkarnasi menjadi lelaki. Sebaliknya, bila seorang perempuan menggunakan anting, dalam kehidupan keduanya nanti ia akan tetap menjadi perempuan. Lalu apa istimewanya menjadi lelaki dibandingkan menjadi perempuan? Ia beralasan, di Taiwan, posisi lelaki lebih tinggi dan lebih dihargai dibandingkan perempuan. Oleh karena itu, menjadi lelaki di kehidupan kedua lebih didamba dibandingkan (kembali) menjadi perempuan...
2 comments:
Pak Ali milih jadi laki-laki apa perempuan he he... di Indo banyak lho laki-laki yang jadi perempuan he he...
Pantesan ya Pak, di Taiwan tak banyak lelaki pakai anting, ternyata mereka pada takut nanti terlahir kembali jadi perempuan, he..he..he..
Post a Comment