Bagi mereka yang datang dari negara yang berdekatan dengan kutub Utara atau Selatan, musim dingin di Taiwan barangkali tak cukup istimewa. Seorang kawan dari Estonia, misalnya, datang ke kelas dengan baju yang tetap seksi, sementara teman sekelas lainnya hadir berbalutkan sweater dan jaket tebal. Katanya, winter di Taiwan seperti summer di negerinya, karena winter di Estonia bisa mencapai 30 derajat di bawah nol !!! Sedangkan seorang kawan dari Kazakhstan sering kulihat keluar kamar hanya bercelana pendek dan bertelanjang dada, padahal pada saat yang sama aku keluar kamar dengan mengenakan sweater, celana panjang, dan kaos kaki.
Satu perubahan lain saat musim dingin adalah hampir semua orang mengenakan baju yang jauh lebih "sopan": berlengan panjang, celana panjang, berjaket tebal, bahkan tak sedikit yang juga berpenutup kepala. Sebuah perubahan yang mencolok dibandingkan dengan gaya berbusana musim panas yang amat seksi dan "seadanya". Berlainan dengan saat musim panas yang terasa "tampak aneh", maka saat musim dingin tiba busana para mahasiswi yang mengenakan jilbab menjadi "tampak sesuai". Menarik rasanya mendengar orang berkomentar tentang jilbab: "Sebuah rancangan pakaian musim dingin yang menawan." Sementara, kala melihat wanita berjilbab di musim panas, barangkali komentar yang muncul adalah, "Ah, mereka itu pasti orang yang tak faham mode"...
No comments:
Post a Comment