Hari ini, tepat sudah (atau baru?) enam bulan aku menginjakkan kaki di Taiwan. Enam bulan pula masa aku tak berjumpa dengan keluarga. Waktu berjalan terasa saaaangat lambat. Kala aku berangkat, Hanan, anakku yang pertama, masih belum bisa baca-tulis. Terakhir aku meneleponnya, dia bilang sudah sudah pintar membaca dan menulis. Bahkan ia telah bisa bertukar sms denganku. Dengan gaya manja ia pernah berkata, "Bapak, Hanan menulis surat buat Bapak, bunyinya "Bapak, kapan Bapak pulang? Hanan sudah kangen...."
Adiknya, Maysa, kala kutinggal pergi baru bisa memanggil "Bapak". Kini, setiap telepon, banyak sekali kata yang keluar dari mulutnya. Bahkan, istriku bercerita, kalau sedang marah acapkali dia berbicara nyerocos tanpa jeda, gabungan antara bahasa Indonesia dengan "bahasa planet". Beberapa lagu juga sering dinyanyikannya melalui telepon. Apalagi kini ada adik mereka, Ayham. Istriku sering bercerita bagaimana tingkah polahnya kala sedang menyusui, dimandikan, atau bermain dengan kakak-kakaknya. Sedih sekali rasanya, melewatkan banyak sekali perkembangan anak-anak.
Adiknya, Maysa, kala kutinggal pergi baru bisa memanggil "Bapak". Kini, setiap telepon, banyak sekali kata yang keluar dari mulutnya. Bahkan, istriku bercerita, kalau sedang marah acapkali dia berbicara nyerocos tanpa jeda, gabungan antara bahasa Indonesia dengan "bahasa planet". Beberapa lagu juga sering dinyanyikannya melalui telepon. Apalagi kini ada adik mereka, Ayham. Istriku sering bercerita bagaimana tingkah polahnya kala sedang menyusui, dimandikan, atau bermain dengan kakak-kakaknya. Sedih sekali rasanya, melewatkan banyak sekali perkembangan anak-anak.