Friday, June 01, 2007

Renungan Indah

By W.S. Rendra

Seringkali aku berkata,
Ketika semua orang memuji milikku
Bahwa sesungguhnya ini hanyalah titipan
Bahwa mobilku hanyalah titipan-Nya
Bahwa rumahku hanyalah titipan-Nya
Bahwa hartaku hanyalah titipan-Nya
Bahwa putraku hanyalah titipan-Nya

Tetapi, mengapa aku tak pernah bertanya : mengapa Dia
menitipkan padaku ???
Untuk apa Dia menitipkan ini padaku ???
Dan kalau bukan milikku, apa yang harus kulakukan
untuk milik-Nya itu ???
Adakah aku memiliki hak atas sesuatu yang bukan
milikku ?
Mengapa hatiku justru terasa berat, ketika titipan itu
diminta kembali oleh-Nya ?
Ketika diminta kembali, kusebut itu sebagai musibah
Kusebut itu sebagai ujian, kusebut itu sebagai petaka
Kusebut itu sebagai panggilan apa saja untuk
melukiskan kalau itu adalah derita

Ketika aku berdoa, kuminta titipan yang cocok dengan
hawa nafsuku
Aku ingin lebih banyak harta, ingin lebih banyak
mobil, lebih banyak popularitas, dan
kutolak sakit, kutolak kemiskinan, seolah semua
"derita" adalah hukum bagiku
Seolah keadilan dan kasih-Nya harus berjalan seperti
matematika :
aku rajin beribadah, maka selayaknyalah derita menjauh
dariku, dan nikmat dunia
kerap menghampiriku.
Kuperlakukan Dia seolah mitra dagang, dan bukan
kekasih
Kuminta Dia membalas "perlakuan baikku", dan menolak
keputusan-Nya yang tak sesuai keinginanku

Gusti, padahal tiap hari kuucapkan, hidup dan matiku
hanya untuk beribadah.
"Ketika langit dan bumi bersatu, bencana dan
keberuntungan sama saja".....