Dengan bersepeda, selama lima belas menit kami berempat menembus kota, menuju Masjid Tainan. Setiba di sana, telah menunggu beberapa orang keturunan Timur Tengah. Beberapa saat kemudian, datang 6 orang TKI dari San Hwa. Pukul 20.40, tarawih dimulai, dengan Budi, mahasiswa MBA dari Indonesia, sebagai imam. Selesai sholat, 13 jamaah dari Indonesia bercengkerama di lantai dua, dengan menikmati jeruk khas Taiwan.
Tiba-tiba pintu kamarku diketuk. Waktu menunjukkan pukul 03.30. Saat sahur tiba. Beberapa mahasiswa masih terlihat menikmati tayangan TV. Kami menikmati santap sahur dengan sayur tauge, hati ayam, dan ayam goreng yang dipesan dari Warung Indonesia. Siaran radio internet Suara Surabaya yang mengiringi, membuat suasana sahur seperti di negeri sendiri.
Saat berbuka tiba. Dua bersaudara, Hensi dan Hesti datang dengan membawa kolak ubi. Wah, sebuah kejutan yang luar biasa. Meski kehidupan sekitar sama sekali tidak menunjukkan suasana Ramadhan seperti di tanah air, namun apa yang kami rasakan di hari pertama menambah semangat kami dalam menjalani hari-hari berikutnya di bulan Ramadhan.