Sunday, December 30, 2007
Usap-Usap Sepatu
Menjaga wudhu termasuk hal sulit untuk dapat saya lakukan. Khawatir wudhu batal dan merasa lebih nyaman berwudhu setiap salat membuat saya kewalahan ketika berada di Taiwan, di mana Islam masih merupakan kata yang terdengar aneh di telinga. Tidak tersedianya tempat khusus untuk berwudhu memberikan saya kesempatan melaksanakan beberapa tuntunan fikih yang sebelumnya belum pernah saya kerjakan.
Salah satu contohnya adalah ketika mengikuti kelas bahasa Mandarin di Chinese Language Center (CLC) NCKU, yang disediakan gratis untuk mahasiswa internasional sekali seminggu selama 3 jam dari pukul 15.10-18.00 dengan istirahat 10 menit setiap jamnya. Salat ashar dan magrib terpaksa harus dikerjakan di CLC karena bila mengerjakan salat magrib di gedung Teknik Kimia tidak akan terkejar, selain waktu magrib yang singkat juga karena pukul 18.10 ada kuliah lagi di Teknik Kimia.
Berusaha untuk selalu menjaga wudhu dan tetap berwudhu ketika akan salat memberikan saya peluang untuk mengerjakan salah satu ruksah dalam fikih Islam, yaitu mengusap sepatu. Sebenarnya, mengambil wudhu di wastafel rest room biasa saya dan teman-teman muslimah lakukan di gedung Teknik Kimia. Basemen 1 yang jarang dilewati orang lalu lalang memudahkan kami untuk menutup pintu rest room dan melakukan aksi angkat kaki ke wastafel (Alhamdulillah, selama ini kami aman-aman saja melakukannya, karena seorang mahasiswi IMBA asal Indonesia pernah bercerita, bagaimana ia suatu ketika membasuh kaki di wastafel kala berwudhu, dan esok harinya terpampang sebuah pengumuman: "Dilarang Mencuci Kaki di Wastafel").
Sedangkan keadaan di CLC dengan waktu istirahat cuma 10 menit dan mobilitas orang di rest room yang cukup tinggi tidak memungkinkan saya untuk menutup pintu rest room ketika mengambil wudhu. Akhirnya setelah memikirkan cara terbaik, saya mengambil ruksah untuk mengusap sepatu ketika berwudhu. Alhasil dengan bersepatu dan menggunakan jaket sebagai alas salat saya pun menunaikan salat di ruang kelas yang kosong.
Ini menjadi salah satu bukti kalau Islam itu bukanlah agama yang mempersulit kita. Sabda Rasulullah Shallalahu ‘alaihi wa sallam:
"Sesungguhnya agama (Islam) itu mudah. Tidaklah seseorang mempersulit (berlebih- lebihan) dalam agamanya kecuali akan terkalahkan (tidak dapat melaksanakannya dengan sempurna). Oleh karena itu, berlaku luruslah, sederhana (tidak melampaui batas), dan bergembiralah (karena memperoleh pahala) serta memohon pertolongan (kepada Allah) dengan ibadah pada waktu pagi, petang dan sebagian malam.”
[~HR. Al-Bukhari (no. 39), Kitabul Iman bab Addiinu Yusrun, dan an-Nasa’i (VIII/122), dari Shahabat Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu~]*
*Suryaneta Masrul is a master student at Department of Chemical Engineering, NCKU, Taiwan. Some parts of this article have been edited by Ali Mutasowifin.
Monday, December 17, 2007
Surat 4 halaman
Wednesday, December 05, 2007
Wo de jiao da che hen gui
Beberapa minggu kemudian, giliran ban sepeda kempes. Tukang tambal ban satu-satunya itu pun menerima rezeki NT $ 40 untuk menambal ban dengan cara yang jauh lebih ringkas dengan kebiasaan di tanah air. Pagi ini, sepeda kesayangan itu kembali harus kubawa ke bengkel yang sama. Ternyata, tempat pentilnya rusak, sehingga ban dalam seluruhnya harus diganti. NT $ 150 pun berpindah tangan. Kalau ditotal, nilai buku sepeda itu (sebelum depresiasi) sudah mencapai NT $ 2,428 (lihat juga http://alimu.blogspot.com/2007/05/sepeda.html ). Wah, niat ingsunnya membeli sepeda murah, ternyata jadinya mahal sekali. Hen gui! Hen gui!
Saturday, December 01, 2007
Waktu (Terkadang Terasa) Cepat Berlalu
Ya, terkadang waktu terasa cepat berjalan. Rasanya, belum lama aku menimang-nimang anak pertamaku, Hanan. Rasanya belum lama pula aku membujuknya agar mau kembali bersekolah di sebuah Kelompok Bermain di Rawamangun, Jakarta, setelah berhari-hari mogok sekolah karena sempat menyadari pengasuhnya tak menungguinya di sekolah. Sekarang usianya telah hampir tujuh tahun, dan telah duduk di kelas 1 Sekolah Dasar. Hampir setiap sore ia bermain sepeda kesana-kemari bersama kawan-kawannya, serta sangat ngemong adik-adiknya.
Rasanya, pun belum lama aku mengajari anak keduaku, Maysa, belajar berjalan. Ah, ...sekarang (konon) kalau dia berlari, pengasuhnya pun kesulitan menangkapnya. Dia paling semangat bersekolah. Setiap pagi, setelah memperoleh konfirmasi bahwa hari itu dia bersekolah (jadwal sekolah dia hanya Selasa, Kamis, dan Sabtu), dia langsung mandi dan mengenakan pakaian seragamnya. Kalau sudah begitu, biasanya akan sulit disuruh sarapan. "Nanti seragam saya kotor... Kan saya malu kalau kotor...", begitu ia sering beralasan.
Anak ketigaku, Ayham, adalah satu-satunya anakku yang kala lahir tak ditunggui Bapaknya. Ya, ia lahir ketika aku sedang berada di Taiwan ( http://alimu.blogspot.com/2007/02/anggota-keluarga-baru.html ). Ia adalah orang yang "berjasa" membuat semua orang bangun lebih pagi daripada biasanya. Setiap sekitar pukul 04.00 pagi, ia sudah bangun, membuat kegaduhan dengan merangkak kesana kemari, melewati mereka yang masih terlelap tidur. Jadilah, ibunya dan kedua kakaknya pun menjadi terbangun karenanya. Tak lama kemudian, biasanya ia telah merengek minta makan, "mammamm... mammamm...." Mungkin karena banyak beraktivitas, meski makannya banyak, namun tubuhnya tak juga gemuk.
Benar, ...bila mengingat perkembangan anak-anak, waktu kadang terasa cepat berlalu.
Wednesday, November 28, 2007
Musim Sopan Telah Tiba
Bagi mereka yang datang dari negara yang berdekatan dengan kutub Utara atau Selatan, musim dingin di Taiwan barangkali tak cukup istimewa. Seorang kawan dari Estonia, misalnya, datang ke kelas dengan baju yang tetap seksi, sementara teman sekelas lainnya hadir berbalutkan sweater dan jaket tebal. Katanya, winter di Taiwan seperti summer di negerinya, karena winter di Estonia bisa mencapai 30 derajat di bawah nol !!! Sedangkan seorang kawan dari Kazakhstan sering kulihat keluar kamar hanya bercelana pendek dan bertelanjang dada, padahal pada saat yang sama aku keluar kamar dengan mengenakan sweater, celana panjang, dan kaos kaki.
Satu perubahan lain saat musim dingin adalah hampir semua orang mengenakan baju yang jauh lebih "sopan": berlengan panjang, celana panjang, berjaket tebal, bahkan tak sedikit yang juga berpenutup kepala. Sebuah perubahan yang mencolok dibandingkan dengan gaya berbusana musim panas yang amat seksi dan "seadanya". Berlainan dengan saat musim panas yang terasa "tampak aneh", maka saat musim dingin tiba busana para mahasiswi yang mengenakan jilbab menjadi "tampak sesuai". Menarik rasanya mendengar orang berkomentar tentang jilbab: "Sebuah rancangan pakaian musim dingin yang menawan." Sementara, kala melihat wanita berjilbab di musim panas, barangkali komentar yang muncul adalah, "Ah, mereka itu pasti orang yang tak faham mode"...
Tuesday, November 20, 2007
Anting dan Kehidupan Kedua
Wednesday, November 07, 2007
Oseng-Oseng Kangkung
Ketika tiba kembali di Taiwan, beragam kejadian tak menyenangkan kualami. Pertama, kala di Bandara Kaohsiung, petugas bea cukai menyita dua bungkus abon yang kubawa. Katanya, Indonesia sumber penyakit kuku dan mulut. Kedua, sesampai di dorm, ternyata kamar tidurku telah ditempati oleh seorang mahasiswa Taiwan. Memang, kantor urusan International Students NCKU telah beberapa kali menyuruhku pindah ke North Building. Tetapi, aku selalu menolak sambil mempertanyakan alasan pemindahan seluruh mahasiswa asing dari South Building. Mereka tak pernah bisa menyampaikan alasan yang kuat tentang hal itu, namun tanpa ba bi bu langsung menempatkan seorang mahasiswa Taiwan di kamarku. Akhirnya selama beberapa hari aku harus menumpang di kamar 209, tempat Mr. Feri dan Mr. Samsul tinggal.
Oleh NCKU, sebenarnya aku ditempatkan di kamar 301, bersama dua orang mahasiswa PhD asal Myanmar. Tetapi, agaknya mereka enggan menerimaku. Mereka kemudian menyampaikan ke NCKU bahwa Paul, tetangga kamar akan tinggal bersama mereka, dan aku akan menempati kamar Paul di 302. Itu sebenarnya hanya alasan mereka saja agar dapat menempati kamar yang seharusnya berkapasitas tiga orang hanya untuk mereka berdua saja, karena Paul, seperti kebanyakan mahasiswa dari Eropa dan Amerika Utara, biasanya ogah tinggal di dorm yang gerah. Setelah tiga hari ngungsi di kamar 209, akhirnya aku pun menempati kamar 302. Secara resmi, sesungguhnya aku tinggal bersama Abraham, mahasiswa PhD asal Kanada di Institute of International Management Program. Namun, ia tak pernah menempati kamar itu, dan hanya menitipkan barang-barangnya yang jumlahnya lumayan banyak. Ia bilang, kamarnya panas karena tanpa penyejuk udara. Lagipula, kupikir, tak mungkin ia tidur di tempat tidur yang disediakan yang berukuran hanya sekitar 175 cm, sementara tingginya sekitar 2 meter.
Berbeda dengan South Building, di North Building ini sering tercium bau sedap masakan. Meskipun secara resmi ada larangan memasak di dormitory, namun para mahasiswa internasional menganggapnya angin lalu. Selain bisa menghemat uang, mereka sering beralasan tidak cocok dengan masakan Taiwan. Jadilah, setiap menjelang saat makan siang atau makan malam, terutama di lantai 2 dan 3, tercumlah beragam aroma masakan India, Vietnam, Kamboja, Maroko, dan tentu saja, Indonesia.
Sejak di Indonesia, aku sendiri sesungguhnya tak biasa (dan tak bisa) memasak. Biasanya, hanya masak nasi menggunakan rice cooker. Atau, paling-paling, membantu istri menyiapkan bahan-bahan masakan. Tapi, kupikir-pikir, masa sih tak ada kemajuan? Kata orang, alah bisa karena terpaksa. Lalu, dengan bersepeda pergilah aku ke RT-Mart, membeli peralatan memasak, beberapa macam sayur dan bumbu masak. Sampai di kamar, kucoba lah memasak ikan sardin kaleng, ditambah beragam sayur dan bumbu. Hasilnya? Lumayan. Esok harinya, sayur kangkung yang berkuah bening. Hasilnya? Not too bad. Nah, sudah beberapa hari terakhir ini aku mencoba memasak salah satu makanan favoritku: oseng-oseng kangkung. Hasilnya? Hen hao chi !! Zhen de !!
Monday, October 15, 2007
Lebaran Kedua
Wednesday, October 03, 2007
Harga Segelas Susu
Sekian tahun kemudian, wanita muda tersebut mengalami sakit yang sangat kritis. Para dokter di kota itu sudah tidak sanggup menganganinya. Mereka akhirnya mengirimnya ke kota besar, di mana terdapat seorang dokter spesialis yang mampu menangani penyakit langka tersebut. Dr. Howard Kelly dipanggil untuk melakukan pemeriksaan. Pada saat ia mendengar nama kota asal si wanita tersebut, terbersit seberkas pancaran aneh pada mata dokter Kelly. Segera ia bangkit dan bergegas turun melalui hall rumah sakit, menuju kamar si wanita tersebut. Dengan berpakaian jubah kedokteran ia menemui si wanita itu. Ia langsung mengenali wanita itu pada sekali pandang. Ia kemudian kembali ke ruang konsultasi dan memutuskan untuk melakukan upaya terbaik untuk menyelamatkan nyawa wanita itu.
Mulai hari itu, ia selalu memberikan perhatian khusus pada kasus wanita itu. Setelah melalui perjuangan yang panjang, akhirnya diperoleh kemenangan... Wanita itu sembuh !! Dr. Kelly meminta bagian keuangan rumah sakit untuk mengirimkan seluruh tagihan biaya pengobatan kepadanya. Dr. Kelly melihatnya, dan menuliskan sesuatu pada pojok atas lembar tagihan, dan kemudian mengirimkannya ke kamar pasien. Wanita itu takut untuk membuka tagihan tersebut. Ia sangat yakin bahwa ia tak akan mampu membayar tagihan tersebut, walaupun harus mengangsur seumur hidupnya. Akhirnya, ia memberanikan diri untuk membaca tagihan tersebut. Sebuah catatan kecil di pojok atas lembar tagihan tersebut segera menarik perhatiannya. Ia membaca tulisan yang berbunyi...."Telah dibayar lunas dengan segelas besar susu !!" tertanda, Dr. Howard Kelly. Air mata kebahagiaan membanjiri matanya. Ia berdoa: "Terimakasih, ya Allah, cinta-Mu telah memenuhi seluruh bumi melalui hati dan tangan manusia."
Saturday, June 23, 2007
(Lazy) Dogs are Everywhere
Di Indonesia, amat jarang kita melihat anjing berkeliaran. Biasanya, mereka hanya berada di dalam rumah, menjalankan tugas sebagai anjing penjaga rumah. Di Taiwan, di mana-mana kita menjumpai anjing berkeliaran. Orang-orang juga tampak sangat menyayangi anjing. Adalah pemandangan yang jamak bila orang Taiwan berjalan-jalan ditemani anjingnya. Anjing-anjing itu juga sering didandani dengan beragam rupa dan gaya serta diajak kesana kemari naik scooter.
Wednesday, June 20, 2007
Dragon Boat Festival
Mereka juga duduk di perahu panjang namun sempit, yang disebut perahu naga (dragon boat), dan berusaha menghalau ikan dengan menabuh genderang serta membentuk haluan perahu menyerupai kepala naga.
Legenda lain menyebutkan bahwa setelah Qu Yuan bunuh diri, karena masyarakat sangat mencintainya, orang-orang pun berperahu menyusuri sungai untuk mencari jasadnya.
Wednesday, June 13, 2007
Wayang Potehi
Monday, June 11, 2007
豬 (Ask Me the Taste of Pork)
Setelah kejadian itu, aku mulai berhati-hati kalau memesan makanan. Pada setiap warung makan yang baru pertama kali kukunjungi, biasanya aku memperkenalkan diri terlebih dahulu, "Wo shi hui jiao tu, wo bu ke yi chi zhu rou" (saya muslim, saya tidak makan babi). Sebagian besar warung langganan telah hafal dengan hal ini, sehingga mereka akan selalu memberitahu masakan yang tersedia yang mengandung babi.
Akan tetapi, hal ini tidaklah menjamin makanan yang masuk ke perut kita sama sekali tidak mengandung babi. Pada suatu petang, seusai kuliah, bersama teman yang sama dengan pengalaman pertama di atas, aku masuk ke sebuah warung makan hot pot. Dengan mantap, kupesan seporsi dengan isi seafood, dengan keyakinan akan bebas dari unsur babi. Namun, temanku ini kemudian menginterogasi pelayan warung makan, menanyakan kuah/kaldu yang akan dipakai, yang kemudian diketahui adalah kaldu kaki babi. Wuih, untung deh.....
Namun, tak setiap orang "seberuntung" aku. Seorang kawan asal Indonesia di Program Ph.D yang sama denganku menuturkan sebuah pengalamannya. Suatu hari, karena sibuk ia meminta seorang temannya yang fasih berbahasa mandarin untuk membelikan mie favoritnya di sebuah warung langganannya selama setahun terakhir. Tak berapa lama, sang teman menghubunginya untuk mengabarkan pertanyaan keheranan dari pedagang mie langganannya, "Temanmu dari Indonesia itu aneh sekali. Masak dia menolak daging babi, tapi tidak masalah dengan kaldu babi....". Ternyata, dalam persepsi sang pedagang, yang tidak boleh hanyalah daging babi, sedangkan sup/kaldu babi diperbolehkan, sehingga meski temanku ini setiap kali memesan telah memberitahu untuk tidak menggunakan daging babi, tetap saja ia memberi "bonus" kaldu babi. Bayangkan, itu telah berlangsung selama lebih dari satu tahun.....
Memang, sungguh tidak mudah menemukan makanan di Taiwan yang tidak mengandung unsur babi. Mereka menggunakan babi, barangkali pada hampir seluruh masakan. Kata kawan-kawan Taiwan, daging babi, kaldu babi, minyak babi, membuat masakan menjadi lebih sedap dan tahan lama. Zhen de ma?
Saturday, June 09, 2007
Graduation (or Photo Session?)
Namun, tunggu dulu. Tidak berarti mereka yang sibuk berfoto ria telah lulus. Berbeda dengan tradisi di Indonesia di mana hanya mereka yang telah lulus yang diwisuda, di NCKU (dan hampir semua perguruan tinggi di Taiwan) wisuda dilaksanakan serentak untuk angkatan yang memang seharusnya telah lulus. Ini berarti, seluruh mahasiswa angkatan tersebut, baik yang secara resmi telah lulus maupun yang belum lulus akan mengikuti wisuda, photo session, dan makan bersama-sama.
Setelah upacara wisuda usai, pada hari berikutnya mereka akan harus kembali menghadapi rutinitas: kuliah, mengerjakan tugas, presentasi, serta ujian. Bahkan, seorang mahasiswa College of Liberal Arts asal Vietnam mengaku akan masih harus kuliah sekitar satu tahun lagi untuk bisa lulus. Karenanya, amat mungkin kala saat wisuda penuh dengan canda tawa dan air mata bahagia, kala berikutnya keluar air mata derita tak lulus ujian, misalnya. Lucunya, malam harinya, banyak mahasiswa yang menyelenggarakan pesta merayakan wisuda (apa yang dirayakan?) Kata orang, "Lain padang lain belalang, lain lubuk lain ikannya."
Friday, June 08, 2007
7 Komponen Sederhana untuk Bahagia
kembali ke awal dan
membuat permulaan yang baru,
tetapi setiap orang dapat
memulai dari sekarang dan
membuat akhir yang baru.
2. Tuhan tidak menjanjikan
hari hari tanpa sakit,
tawa tanpa kesedihan,
matahari tanpa hujan,
tetapi Ia menjanjikan
kekuatan untuk hari itu,
penghiburan atas air mata
dan cahaya dalam perjalanan.
3. Kekecewaan adalah seperti
lubang di jalan, yang sedikit
memperlambat mu, tetapi
kemudian engkau menikmati
jalan yang mulus. Jangan tinggal
di lubang terlalu lama.
Maju terus!
4. Jika engkau kecewa karena
tidak mendapatkan apa
yang kauinginkan, duduklah tegak
dan berbahagialah,
karena Tuhan sudah memikirkan
sesuatu yang lebih baik
untuk diberikan padamu.
5. Jika sesuatu terjadi padamu,
baik ataupun buruk,
pertimbangkan apa artinya.
Ada tujuan pada setiap kejadian
dalam hidup, untuk mengajarkanmu
bagaimana lebih banyak tertawa atau
tidak menangis tersedu sedu.
6. Engkau tidak bisa membuat
seseorang mencintaimu,
yang dapat kau lakukan adalah
menjadi seseorang yang dapat dicintai,
selebihnya terserah pada orang itu
untuk menyadari nilaimu.
7. Jangan mengabaikan teman lama.
Engkau tidak akan menemukan
orang yang dapat menggantikannya.
Persahabatan itu seperti anggur,
semakin tua semakin baik.
Wednesday, June 06, 2007
7-Eleven (Again!)
Tuesday, June 05, 2007
9 Bulan (Sudah)
Monday, June 04, 2007
Siasat Perpanjang Visa
Dua minggu lampau, istri Budi yang adalah mahasiswa S2 di Asia University, Taichung, melahirkan putri pertamanya. Sedangkan istri Mungki yang adalah mahasiswa S2 di NCKU, Tainan, akan melahirkan putri pertamanya bulan depan. Menurut peraturan keimigrasian, bila studinya telah rampung, berarti mereka berdua harus segera meninggalkan Taiwan. Padahal, istri dan anak mereka akan masih harus tinggal di Taiwan, setidaknya hingga satu tahun kemudian. Itulah dilema yang mereka hadapi.
Akhirnya, mereka memilih untuk tidak segera menyelesaikan tesis, meskipun itu berarti mereka berdua akan tidak lagi memperoleh living allowance bulanan, hak untuk tinggal di dorm, serta harus membayar sendiri tuition fee, yang konon mencapai NT $ 8,000/SKS untuk program IMBA. Tampaknya, itu semua tidak cukup besar dibandingkan dengan kesempatan untuk tetap bersama istri dan anaknya. Jia you!!!
Friday, June 01, 2007
Renungan Indah
Seringkali aku berkata,
Ketika semua orang memuji milikku
Bahwa sesungguhnya ini hanyalah titipan
Bahwa mobilku hanyalah titipan-Nya
Bahwa rumahku hanyalah titipan-Nya
Bahwa hartaku hanyalah titipan-Nya
Bahwa putraku hanyalah titipan-Nya
Tetapi, mengapa aku tak pernah bertanya : mengapa Dia
menitipkan padaku ???
Untuk apa Dia menitipkan ini padaku ???
Dan kalau bukan milikku, apa yang harus kulakukan
untuk milik-Nya itu ???
Adakah aku memiliki hak atas sesuatu yang bukan
milikku ?
Mengapa hatiku justru terasa berat, ketika titipan itu
diminta kembali oleh-Nya ?
Ketika diminta kembali, kusebut itu sebagai musibah
Kusebut itu sebagai ujian, kusebut itu sebagai petaka
Kusebut itu sebagai panggilan apa saja untuk
melukiskan kalau itu adalah derita
Ketika aku berdoa, kuminta titipan yang cocok dengan
hawa nafsuku
Aku ingin lebih banyak harta, ingin lebih banyak
mobil, lebih banyak popularitas, dan
kutolak sakit, kutolak kemiskinan, seolah semua
"derita" adalah hukum bagiku
Seolah keadilan dan kasih-Nya harus berjalan seperti
matematika :
aku rajin beribadah, maka selayaknyalah derita menjauh
dariku, dan nikmat dunia
kerap menghampiriku.
Kuperlakukan Dia seolah mitra dagang, dan bukan
kekasih
Kuminta Dia membalas "perlakuan baikku", dan menolak
keputusan-Nya yang tak sesuai keinginanku
Gusti, padahal tiap hari kuucapkan, hidup dan matiku
hanya untuk beribadah.
"Ketika langit dan bumi bersatu, bencana dan
keberuntungan sama saja".....
Monday, May 28, 2007
Summer is Coming
Monday, May 21, 2007
Bertemu Presiden
Beberapa hari setelah ikut "menduduki" gedung DPR yang berujung kejatuhan Presiden Soeharto, saya mengikuti petuah untuk "menemani raja yang jatuh". Bersama beberapa kawan mahasiswa Pascasarjana UI, kami bersilaturahim dengan Pak Harto di jalan Cendana, saat banyak mahasiswa di ujung jalan masih bersitegang dengan polisi, menuntut penggantungan Pak Harto. Bahkan, kala itu pun, masih ada juga perasaan bangga bersemayam di dada ini.
Namun, perasaan bangga yang serupa tak muncul kala kemarin kami berjumpa dengan seorang presiden yang lain, Presiden Formmit (Forum Mahasiswa Muslim Indonesia di Taiwan). Ketika kami, mahasiswa muslim NCKU dikunjungi oleh Cak Hendro Nurhadi beserta anggota kabinet, Cak Agus Setyo Muntohar dan Cak Budi Suswanto, yang muncul adalah perasaan bahagia. Guyonan segar dan cerdas yang mewarnai perbincangan kami selama di Shengli Dorm No.6 maupun di Masjid Tainan, meski hanya seorang TKI yang berhasrat hadir di tengah hujan deras yang mengguyur, menunjukkan mereka bertiga sebagai pemimpin harapan.
Dalam konteks nasional, saya membayangkan, kita memiliki pemimpin-pemimpin seperti mereka, yang tak hanya nongkrong di Istana, namun rajin datang mengunjungi rakyatnya. Saya membayangkan, kita memiliki pemimpin seperti Umar bin Khatab, yang rajin melihat kondisi nyata rakyatnya dengan kunjungan tanpa nama, tanpa upacara. Saya membayangkan, kita memiliki pemimpin yang akan mampu membuat rakyat yang ditemuinya tidak memiliki kebanggan yang sifatnya lebih personal, namun memiliki kebahagiaan yang sifatnya lebih sosial, yang akan mampu mendorong perasaan bermakna, berharga, dan bertenaga untuk berbuat bagi sesama. Xie xie ni, Hendro Xiansheng, Agus Xiansheng, Budi Xiansheng.
Thursday, May 17, 2007
Sepeda
Friday, May 11, 2007
Mother's Day
Tuesday, May 08, 2007
Melahirkan di Negeri Orang
Melahirkan anak di kala masih mahasiswa sebenarnya tidaklah luar biasa. Namun, menjadi cukup istimewa manakala melahirkannya di negeri seperti Taiwan, manakala bahasa masih sering menjadi kendala yang berarti, dan jauh dari sanak keluarga. "Keluarga" yang ada, hanyalah teman-teman sesama mahasiswa. Nama Cina pun mesti disiapkan, selain nama khas Indonesia.
Pasangan ini akan segera diikuti dua pasangan lain yang akan melahirkan anak mereka dalam kurun waktu yang dekat. Pertama, pasangan Budhi Handoyo, mahasiswa IMBA NCKU-Aisyah Nur Jamil, mahasiswa S2 Asia University, yang menurut perkiraan akan melahirkan minggu depan. Kedua, pasangan Mungki Rahadian-Anna Kurniawati, keduanya mahasiswa IMBA NCKU, yang akan memperoleh momongan Juli mendatang. Tampaknya, mahasiswa Indonesia akan segera terkenal sebagai mahasiswa yang "produktif".......
Monday, April 30, 2007
New Roommate
Secara resmi, sebenarnya aku tak tinggal sendirian. Ada Pak Bayu yang juga tercatat sebagai penghuni kamar 221, meski selama ini ia lebih memilih tinggal di apartemen di luar kampus bersama istrinya. Hal ini yang juga mengherankanku, mengapa manajer dorm "memilih" mengirim Mark ke kamarku, padahal empat kamar di sekelilingku juga hanya berpenghuni seorang. Bahkan, kamar di sebelahku kosong tak berpenghuni. Kesannya, sang manajer tak rela membiarkanku leluasa menikmati kamar sendirian.
Tapi, aku merasa tak memiliki hak untuk menolaknya. Apalagi, tampaknya anaknya baik dan ramah. Begitu datang ia sudah menyuapku dengan sekaleng chocolate stick (mirip astor, namun katanya yang ini buatan tangan). Lagipula, siapa tahu ia jalan yang dipilihkan bagiku untuk mempercepat penguasaan bahasa Mandarin, agar tak cuma bisa berujar "Ni hao" dan "Xie xie".........
Monday, April 09, 2007
Misteri Kamar 1008
Bagi mahasiswa Indonesia, pengunduran diri Bu Netti ini merupakan sebuah kehilangan besar. Ialah orang yang selalu menjadi komandan dapur dalam berbagai kegiatan. Tidak jarang pula ia datang ke Kamar 209 untuk memasak apa saja, sehingga dapat sedikit mengobati kerinduan kami akan masakan tanah air. Banyak pula kawan yang memuji daya tahan dan daya juangnya yang luar biasa dalam menghadapi beban berat tugas-tugas perkuliahan semester lampau. Namun, itu semua kini tinggal kenangan. Dua buah kardus besar berisi buku dan pakaian yang tertinggal telah nongkrong di Kamar 209, siap untuk dikirim balik ke tanah air.
Namun, sesungguhnya Bu Netti tidak sendirian. Pada saat yang hampir bersamaan, Weimi Chow, teman sekamar Bu Netti di Kamar 1008 yang berasal dari Belgia, juga memutuskan meninggalkan NCKU dan memilih untuk melanjutkan studinya di Mainland China. Kepergian Weimi juga menyisakan kesedihan bagai kami, karena sebelumnya ia adalah guru bahasa Mandarin kami di Departemen. Keputusan mereka berdua untuk meninggalkan Taiwan memunculkan pertanyaan di antara kami. Ada apa dengan Kamar 1008? Mengapa mereka yang pernah tinggal di sana selalu pergi dan tidak pernah kembali?
Saturday, March 31, 2007
Ke Klinik Gigi
Monday, March 05, 2007
Sudah (atau Baru?) 6 Bulan
Adiknya, Maysa, kala kutinggal pergi baru bisa memanggil "Bapak". Kini, setiap telepon, banyak sekali kata yang keluar dari mulutnya. Bahkan, istriku bercerita, kalau sedang marah acapkali dia berbicara nyerocos tanpa jeda, gabungan antara bahasa Indonesia dengan "bahasa planet". Beberapa lagu juga sering dinyanyikannya melalui telepon. Apalagi kini ada adik mereka, Ayham. Istriku sering bercerita bagaimana tingkah polahnya kala sedang menyusui, dimandikan, atau bermain dengan kakak-kakaknya. Sedih sekali rasanya, melewatkan banyak sekali perkembangan anak-anak.
Sunday, March 04, 2007
Living in the Dorm (2)
Interaksi antara mahasiswa Internasional dengan mahasiswa lokal biasanya hanya terjadi di "ruang bersama", yakni koridor di lantai dua, tempat kami menonton televisi. Namun, pertemuan itu pun acapkali dalam diam, karena mahasiswa Taiwan tampaknya "too shy to speak English", sementara mahasiswa Internasional pun tampaknya "too shy to speak chinese." Jadilah, yang mahasiswa lokal tidak bertambah kemampuan bahasa Inggrisnya, yang mahasiswa Internasional pun tidak bertambah kemampuan bahasa mandarinnya. Dari dulu, bisanya cuma "ni hao" atau "xie xie".....